Jatuh Bangun Menjajal Bisnis Aplikasi Berbasis Online

Bisnis online merupakan salah satu pilihan pekerjaan yang saat ini umum dipilih oleh mereka yang memilih untuk bekerja secara serabutan. Selain karena alasan ketidak-terikatan waktu, menjadi freelancer, peluang perkembangan bisnis jauh lebih tinggi dibanding ketika ikut atau terikat dengan perusahaan atau instansi. Namun jika sang freelancer tidak dapat memanajemen dengan baik perusahaan kecilnya tersebut, dengan hitungan bulan saja, dipastikan perusahaan itu akan bangkrut bahkan sebelum dilegalkan. 


Penulis adalah seorang pemrogramer, dan sejak tahun 2008 tertarik dengan pengolahan gambar di komputer dekstop. Baik pengolahan gambar 2D maupun 3D. Hasilnya salah satu karya penulis adalah simulasi fluida yang menggunakan GPU, yang saat itu sedang hangat-hangatnya metode paralelisasi VGA yang disebut GPGPU. Tidak main-main, penulis membangun library fluida mulai dari nol, berbahasa C, menggunakan library OpenGL, 3D dan benar-benar mengimplementasikan multithread GPU yang saat itu belum populer di Indonesia. Berikut ini adalah contoh simulasi uap yang penulis buat pada tahun 2013.


Dengan kemampuan untuk membuat program tersebut, dan untuk pertama kalinya penulis sudah merasa menjadi kaya, dan merasa menjadi satu-satunya orang di Indonesia yang dapat membuat simulasi fluida yang berbasis GPU dari nol. Penulis yakin kode program yang penulis buat, lebih dari 5000 baris perintah, terdiri dalam banyak file dan itu masih bisa bertambah lagi. Sehingga jika ada programmer pemula yang sudah bangga telah menulis kode sebanyak itu, alangkah kasihan programmer tersebut ditertawakan oleh programmer-programmer yang lebih banyak jam terbangnya seperti penulis. 

Kenyataannya, Indonesia berkata lain. Masyarakat Indonesia tidak membutuhkan simulasi fluida. Mereka lebih membutuhkan aplikasi yang berbentuk barang berwujud dan langsung dapat diimplementasikan dalam masyarakat secara langsung. Dan itupun artinya keinginan penulis menjadi kaya dari membuat kode program, sirna oleh realita yang ada. 

Untungnya, mulai tahun 2010, penulis telah belajar image processing menggunakan bahasa pemrograman Java, menggunakan Greenfoot. Sampai akhir 2013, penulis berkesempatan belajar dan mendapatkan income dari membuat aplikasi simulator praktikum Fisika Eksperimen yang berbasis Java Applet. Simulator tersebut terdiri dari 12 judul praktikum, dan tidak main-main, karena dipakai oleh Mahasiswa Fisika di Laboratorium Fisika Lanjutan, Jurusan Fisika, Universitas Brawijaya, Malang, dan untuk mengakses aplikasi Applet tersebut dapat melalui web browser. 

Sehingga untuk kedua kalinya, penulis merasa dapat menjadi kaya, sebab jika aplikasi dipakai terus-menerus oleh Mahasiswa tiap semesternya dan selalu ada. Maka penulis akan mendapat royalty yang terus-menerus, dan penulis tidak perlu lagi memikirkan income. Apalagi kalau berhasil dipatenkan, bukan hanya Jurusan Fisika Universitas Brawijaya, namun juga Universitas-universitas lain juga akan memakainya. 

Advertisement



Sayangnya, kontrak kerja berkata lain. Penulis tidak berkesempatan untuk membuat aplikasi praktikum tersebut dapat bertahan lama dan sampai go-public. Kendalanya, tahun 2012 web browser mulai melarang Applet untuk menjadi salah satu komponen dalam sebuah halaman website. Konsekuensinya agar Applet dapat dijalankan pada web browser, Applet membutuhkan serangkaian perizinan yang dapat dikatakan ribet untuk pengguna website yang menggunakan web browser untuk keperluan biasa saja. Selain itu, karena alat-alat praktikum yang digunakan adalah alat-alat dari Leybold. Penulis bersama tim yang lain, tidak berani untuk menjual ke publik terkait dengan hak cipta. Menurut kami, meskipun kami membuat aplikasi dalam bentuk software, bagaimanapun juga desain alat masih termasuk hak cipta Leybold, kami tidak berani untuk menjualnya ke publik sebelum kami mempunyai alokasi royalty yang layak dan legal untuk mereka. 

Sedangkan di sisi lain, dengan berakhirnya kontrak, tahun 2014, yang berarti berakhir pula pendanaan project, penulis hanya bisa lepas tangan dan tidak sampai memperbaiki Applet praktikum Fisika Eksperimen tersebut, setidaknya sampai dapat diakses kembali. Padahal pada saat-saat itu karena Applet dan aplikasi Android sama-sama dibuat dengan bahasa pemrograman Java, penulis memiliki rencana untuk mengubah seluruh aplikasi Applet Fisika Eksperimen tersebut ke versi Android-nya. 

Awal tahun 2013 penulis mulai mengenal Android, dan sempat membeli sebuah tablet Android Gigerbread kalau tidak salah dengan kemampuan RAM 32 MB. Penulis sudah cukup senang saat itu dan meskipun dengan resistive touchscreen, kesempatan penulis mengenal Android dan sampai mengutak-atiknya menjadi honeycomb. Menjadikan penulis yakin bahawa Android berpotensi untuk menjadi alternatif komputer dekstop di masa kedepannya. 

Dan ternyata benar, tahun 2014 device Android mulai berkembang pesat dan dengan kemampuan pengolahan gambar yang setara dengan komputer dekstop. Bahkan sampai tulisan ini ditulis, perkembangan game Android lebih pesat dibanding game versi dekstop. Hal ini terutama dari segi pendapatan, pembuatan game jauh lebih mudah mendapatkan income dari memasang iklan meskipun di distribusikan secara gratis. Dan untuk ketiga kalinya, penulis berpikir dapat menjadi kaya dari iklan dengan hanya membuat game-game Android. 

Oleh sebab itu, tahun 2014, penulis memulai untuk belajar pemrograman Android berdasarkan kemampuan Java, poject Applet sebelumnya. Hasilnya penulis dapat membuat library sendiri yang penulis sebut dengan Greenfoot to Android. Library tersebut penulis kembangkan bersama pekerjaan penulis yang telah resmi menjadi Laboran Laboratorium Komputasi, Jurusan Fisika, Universitas Brawijaya, Malang.



Library tersebut dibuat karena saat itu Android Studio masih sangat berat dijalankan untuk PC dengan RAM di bawah 4 GB dan penulis telah terbiasa dengan Greenfoot. Tujuan lainnya, sekaligus untuk memudahkan konversi Fisika Eksperimen penulis ke versi Androidnya. 

Selama pengembangan awal library, penulis sempat mengikutkan aplikasi Android buatan penulis yang menggunakan prototype library Greenfoot to Android dalam acara INAICTA 2014, dengan nama aplikasi TPlanning 3.0. Aplikasi tersebut berhasil menjadi nominator, namun tidak menjadi pemenang. Uraian penulis tentang aplikasi TPlanning 3.0 ini dapat dibaca di sini

Selepas dari event INAICTA 2014 di Jakarta, penulis semakin berkeinginan kuat untuk membuat Account Developer di Google Play Store. Dikarenakan posisi penulis saat itu menjadi tenaga laboran, dan ingin mencoba memajukan Lab. Komputasi dengan cara sendiri, diluar program kerja yang menjadikan laboratorium hanya sebagai tempat praktikum saja, penulis yang saat itu tidak tahu menahu tentang kartu kredit, dengan bantuan Kepala Lab. Bapak Agus Naba, penulis membuka account yang bernama Computational Laboratory of Physics. Dept of UB di Google Play Store. Bukan tentang aplikasi yang berbau Image Processing dan menggunakan library Greenfoot Android Penulis, namun aplikasi pertama yang penulis distribusikan adalah bernama Predicted Calc, yaitu app tentang implementasi Artificial Intelligence yang penulis pelajari bersama calon istri. 

Eits…, nah untuk keempat kalinya, ketika anggapan ketiga belum terjawab, penulis kembali merasa dapat menjadi kaya dengan mempublikasikan aplikasi Genetic Algorithm penulis menjadi aplikasi berbayar (Paid App). 

Advertisement



Selama kurang lebih satu minggu, dan karena penulis pertama kalinya upload aplikasi, penulis menyiapkan seluruh bahan promosi yang diperlukan dengan semangat, meski tertatih-tatih, tentunya berhati-hati agar terhindar dari semua bentuk pelanggaran hak cipta dan hak paten karya orang lain. Terutama koreksi bahasa inggris untuk deskripsi aplikasi. 

Hasilnya, setelah online satu minggu di play store, ada seorang pembeli dari Jerman, membeli aplikasi penulis yang kala itu seharga $4. Penulis yakin dia membeli karena tertarik dengan embel-embel Algorithma Genetika yang penulis sematkan di deskripsi aplikasi. Melihat feedback seperti ini penulis merasa yakin, bahwa sebentar lagi aplikasi penulis akan menjadi laku keras, dan penulis menjadi kaya. Dan ketika itupun penulis menjadi bersemangat lagi untuk memproduksi aplikasi dan game android yang lain. 

Kenyataan memang pahit, baru selang satu bulan setelah pembeli pertama, penulis baru mendapatkan pembeli kedua dan yang terakhir. Tidak ada satu pun pembelipun yang membeli aplikasi Predicted Calc penulis setelah itu. 

Hal ini karena memang aplikasi Predicted Calc penulis memang tidak bagus, terlebih saat tulisan ini ditulis, Play Store mengijinkan Paid App untuk dicoba menjadi Free App selama beberapa waktu, sebagai versi demo. Sudah pasti dapat disimpulkan paid app akan kalah laku dengan free app. 

Untungnya, penulis sudah menyadari hal tersebut, aplikasi dan game Computational Lab yang diupload setelah Predicted Calc sudah penulis distribusikan secara gratis, tapi beriklan. Ya, jual gratis tapi beriklan. 

Strategi ini berdasarkan saran tidak langsung dari salah seorang pendakwah, Ust. Yusuf Manshur, bahwa untuk mendatangkan rejeki 10x lipat, harus banyak-banyak bersedekah. 

Dengan berpikir menyedekahkan pengetahuan penulis dalam bentuk aplikasi dan game. Yang ketika itu, ternyata banyak orang menyukai Caliper Simulator buatan penulis, maka dengan membuat banyak-banyak aplikasi atau game terkait macam-macam Vernier Caliper dan Micrometer, penulis yakin kekayaan dari sedekah ilmu penulis akan datang, dan yang penulis sangka itu dari iklan. 

Dan BOOM, ternyata bukan, bukan aplikasi penulis menjadi populer dan banyak pendownload, dan langsung kaya dari bersedekah. Namun hasilnya biasa saja, dan disisi lain setidaknya ternyata pendapatan dari iklan jauh lebih banyak dari paid app. Alhasil mulai hari itu, setiap kali penulis mempublikasikan app atau game yang baru, penulis distribusikan secara gratis, beriklan dan menambahkan inn app purchase sebagai alternatif pengguna yang ingin menyembunyikan iklan, jika terganggu dengan kehadiran iklan. 


Pernah penulis mencoba untuk mengiklankan aplikasi-aplikasi penulis menggunakan Google Adwords yang saat tulisan ini ditulis telah berubah nama menjadi Google Ads. Awalnya penulis kira dengan diiklankan, dan banyak pendownload, maka rating konten penulis lambat laun akan naik pula, entah itu aplikasi, website, brand, atau konten online yang terkait dengan yang penulis iklankan tersebut. Penulis berpikir, tidak ada salahnya, menghabiskan dana beriklan banyak, yang penting rating juga bisa naik. Dan ternyata tidak, yang menaikkan ranking aplikasi, website, dan yang terkait lainnya itu ternyata adalah sesuatu yang organic. Organic yang dimaksud disini adalah yang memang benar-benar dicari orang, Google dengan senang hati, bahkan tanpa dibayar, akan mempromosikan aplikasi, website, blog, video, gambar dan konten online lainnya, jika itu memang sesuai dengan yang dicari orang. Sebaliknya, Google tidak akan mau mempublikasikan konten yang memang tidak sesuai dengan yang dicari orang, meskipun mereka dibayar. Dan memang seperti itulah mereka bekerja. 

Kemudian dari segi income sendiri, antara diklankan dibandingkan tidak diiklankan, ternyata hasilnya sama saja. Sebagaimana yang telah penulis sebutkan di atas, selayaknya perusahaan besar, habis berapapun dana untuk beriklan tidak masalah, yang penting aplikasi banyak yang didownload dan rating naik. 

Hal diatas penulis jalankan selama beberapa bulan, namun ketika pendapatan dan rating tidak sesuai harapan, penulis pun banting strategi, berapa penghasilan dihari itu dari iklan, budget maksimum dana beriklan dihari selanjutnya adalah setengahnya. Dan hasilnya tidak juga membaik, melihat nominal pendapatan yang tidak terlalu berbeda, diakhir bulan, akhirnya sampai tulisan ini ditulis, penulis memutuskan untuk tidak menggunakan bantuan beriklan Google Ads lagi. Sampai tahun 2018, penulis biarkan aplikasi entah itu didownload ataupun hanya sekedar diinstal lalu di uninstal oleh user, yang penting penulis usahakan tetap dimaintenance. 

Cara gratis diatas ternyata mendatangkan pundi-pundi income yang lumayan besar dari aplikasi-aplikasi yang penulis buat. Sampai tulisan ini tulis, cara jualan seperti inilah yang menurut penulis paling bagus. Jaman sudah tidak jamannya lagi untuk membeli aplikasi atau game secara berbayar (premium), bahkan untuk membeli sebagian gratis dan sebagian berbayar (freemium), jaman sudah saatnya semua serba gratis (free), gratis tapi beriklan. 

Sedangkan untuk alasan kenapa hasil yang didapatkan penulis masih biasa-biasa saja, hal ini dimungkinkan karena memang aplikasi penulis yang biasa saja, atau karena niat bersedekah penulis yang salah. Bagaimanapun juga penulis masih berharap income yang dari iklan, sehingga tidak dapat dipungkiri sebenarnya penulis masih mengharapkan imbal balik dari sedekah ilmu yang penulis sematkan dalam aplikasi. Hal ini sama saja dengan penulis masih berniat untuk menjual ilmu, namun dalam bentuk iklan. Padahal, perlu diketahui, menjual ilmu sama dengan menjual ayat-ayat Allah SWT. Dan Allah SWT akan melaknat bagi siapa saja yang memperjualbelikan ayat-ayat atau firman-firman-Nya untuk keperluan materi. Dan penulis belum tahu itu. 

Advertisement



Yang jelas, sekali lagi, metode penjualan gratis diataslah yang masih penulis gunakan sampai tulisan ini ditulis. Penulis sesekali masih terus membuat aplikasi atau game sederhana, dan memasarkannya dengan menambahkan iklan. Mulai dari aplikasi simulator berbasis image processing 2D, sampai aplikasi berbasis calculator. Semua penulis gratiskan dan biarkan berjalan sesuai apa adanya. 

Dan baru penulis sadari, untuk menjadi kaya tidak semudah untuk menjadi pintar dikelas. Kita mugkin boleh pandai dikelas, dibangku kuliah IPK sampai diatas 3, tetapi apakah hal itu akan mejadikan kita kaya dengan pasti. Kalaupun jadi dosen atau guru, masih perlu menjalankan bisnis lain, selain hanya mengajar. 

Penulis boleh dikatakan pintar, dan teman-teman penulis banyak yang menganggap begitu. Penulis pandai di matematika, fisika dasar, pemrograman dan yang terkait. Namun hal itu ternyata belum cukup untuk menjadikan orang menjadi kaya. Apalagi di Indonesia. Jiwa intepreneur-lah yang diperlukan ditanah ini.

Komentar



Postingan populer dari blog ini

Apps Script untuk Cetak Sertifikat

Kebodohan Karyawan Menyalahkan Sistem

Kode Apps Script MailApp untuk Form Mengirimkan Email

Checking Data yang Belum Dimasukkan dalam Daftar Menggunakan Query Google Sheet

Generate Karakter Acak dan Menempatkannya di Sel Google Sheets dengan Apps Script

Menyembunyikan Failed Load Images di Blogger

Algorithma Bilangan Prima dengan Javascript

Apps Script untuk Mengirimkan Notifikasi Approval

Mencoba Submit Theme di Wordpress.org

Menghapus Baris di Google Sheets yang Memiliki Sel Kosong dengan Apps Script