Bosan menjadi Orang Baik
Kembali bekerja sebagai tenaga outsourcing, dalam surat perjanjian kontrak, tertulis harus bersedia melakukan pekerjaan yang diberikan atasan. Meskipun pekerjaan tersebut diluar SOP (Standard Operating Procedure).
Salah satu tugasnya, adalah menjadi pengawas ujian mahasiswa tingkat sarjana.
Yang mana, pekerjaan penulis sendiri sebenarnya hanya sebagai tenaga IT, yang saat tulisan ini di tulis, sedang sibuk membuat database tugas akhir, dan me-maintenance lima website.
Pekerjaan baru sebagai outsourcing inilah yang membuat penulis lama tidak nge-blog dan membuat aplikasi baru pada edugameapp penulis.
Dan berikut ini, beberapa hal yang membuat penulis bosan menjadi orang 'baik', yang muncul selama penulis bekerja sebagai outsourcing.
Pertama
Penulis sangat suka dengan pekerjaan sebagai programmer, dan sebenarnya tidak mau jadi pengawas.
Namun daripada di gunjing oleh karyawan-karyawan lain yang solidaritasnya tinggi, yang mereka berprinsip "pekerjaan yang kalau dilakukan bareng-bareng, pasti cepat selesai", penulis hanya bisa pasrah dan menerimanya saja.
Toh hanya dua minggu. Hanya biar dianggap orang 'baik'.
Mungkin mereka (karyawan solidaritas itu) lupa mengajak penulis ketika ada traktiran makan-makan dosen, karena penulis terlalu sibuk bekerja di lab.
Atau sungkan membungkuskan/menyisihkan, sebab posisi mereka yang ditraktir.
Atau, mungkin penulis saja yang tidak tahu diri, karena merasa telah mengganti dengan menyempatkan memasakkan kami di jam kerja, ketika mereka luang, tidak ada pekerjaan.
Mungkin juga mereka lupa, sebanyak apapun surat tugas yang outsourcing terima, itu tidak bisa di-monetize.
Kedua
Misalkan, ada karyawan outsourcing A, B, C dan D.
Oleh ketua yang lain, A, B dan D ditunjuk sebagai tim tugas akhir, dengan A dan B bertugas sebagai front desk, yang bertemu langsung dengan mahasiswa.
Entah bagaimana, setelah tugas berjalan beberapa lama, muncul surat tugas yang menyebutkan A, B dan C sebagai tim tugas akhir, dan sudah ditanda-tangani fakultas.
Memang sih surat tugas outsourcing tidak ada uangnya, dan beliau (si C) kadang terlihat ikut membantu melayani mahasiswa S1.
"Lalu apakah si D yang bertugas membuatkan databasenya tidak kelihatan? Apakah sebegitu menganggurnya hingga tugas si C melayani mahasiswa S2 dan S3 tidak diperhitungkan bebannya?" inilah pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala D. Apalagi si C dan D nyata-nyata tidak akur, tentu akan semakin membuat si D semakin 'gondok'.
Namun meskipun demikian, agar terlihat menjadi orang 'baik', penulis yang berada di posisi D berprasangka baik saja, mungkin si Pembuat surat tugas tidak tahu database, dan hanya karyawan-karyawan yang terlihat melayani mahasiswa di depan mata dia saja yang kelihatan bekerja.
Ketiga
Mengetahui akan jam jaga pengawas tiba, penulis yang kebelet ke kamar kecil, buru-buru dan segera kembali ke lab, untuk mengambil sepatu.
Ketika naik ke atas, ruang tata usaha masih terbuka, dan karyawan yang lain masih di dalamnya.
Begitu masuk ke lab, penulis langsung berganti sepatu, kembali meluncur ke ruang tata usaha.
Dan Ta..Daa..
Ruang tata usaha terkunci, dan amplop soal untuk ruang dimana penulis menjadi pengawas masih di dalam.
Padahal, jam masih menunjukkan kurang 15 menit.
Sebagai teman 'baik' penulis berprasangka dong, "Mungkin mereka (karyawan yang lain) lupa dengan teman-temannya yang belum mengambil soal, dan yang pengang kunci ruang tata usaha tidak cuma lima".
Keempat
Suatu pagi penulis mendapat tugas menjadi pengawas di suatu matakuliah yang sulit.
Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang tolah-toleh, cengar-cengir, menghitung kotak di langit-langit dan berulang kali mencoba diskusi dengan temannya.
Terdapat satu mahasiswa yang sudah dari awal membuat gaduh. Lagaknya tidak menghargai kami sebagai pengawas.
Berulangkali penulis ingatkan akan kegaduhannya, tapi dia abaikan.
Sampai ketika dia selesai dan mengumpulkan lembar jawabannya, dia mengoceh seakan-akan penulis tidak pernah mengingatkannya sama sekali.
Sebenarnya pengawas berhak memberikan sanksi dengan mengeluarkan mahasiswa semacam itu dari ruangan.
Tapi sebagai pengawas yang 'baik', penulis hanya bisa menggerutu dan merencanakan suatu balas dendam.
Kelima
Karena jumlah mahasiswa yang banyak, sedangkan pengawas yang terbatas, siangnya (dari pagi poin Keempat di atas) penulis mendapat tugas mengawasi 41 mahasiswa sendirian.
Begitu masuk, mayoritas mahasiswa sudah gaduh.
Begitu penulis bagikan lembar jawaban, penulis mengingatkan mahasiswa, masih gaduh.
Begitu penulis bagikan kertas buram untuk tempat menghitung, penulis ingatkan lagi, masih gaduh juga.
Di sini, penulis mulai tidak tahan, apalagi ada mahasiswa yang membuat nama dosennya menjadi bahan candaan 'Pak De', yang otomatis membuat ruang tambah gaduh.
Dan ketika penulis bagikan soal, tetap gaduh juga.
Penulis ingatkan sekali lagi, dengan mengancam bagaimana jika pengawasnya saja yang keluar, tetap gaduh.
Lalu akhirnya, penulis tidak kuat menjadi pengawas yang 'baik', penulis pun membentak dan marah-marah, sampai memindahkan mahasiswa yang paling gaduh ke urutan bangku paling depan, menghadap tembok.
jreng..jreng..
Penulis pun catat nama dan nomor induk mahasiswa tersebut.
___
Nah, kelima hal di atas, adalah hal yang membuat penulis bosan menjadi karyawan yang 'baik'.
Dan apakah penulis cukup curhat saja dengan tulisan ini?
Oh tidak, penulis akan membuat solusi, untuk penulis sendiri untuk membalas mereka-mereka ini.
Penulis akan membuat database yang membuat karyawan yang solidaritasnya tinggi di atas semakin tidak bekerja.
Penulis akan membuat mereka semakin menganggur.
Bukankah justru mereka malah senang?
Bagi penulis itu bagus. Jika di tingkat instansi semakin melihat mereka tidak ada gunanya di ruang tata usaha, instansi pasti berpikir untuk lebih berhemat bukan?
Membuat surat tugas saja tidak bisa, "opo seng arep di andalkan lagi?"
Penulis akan membuat diri penulis lebih sibuk lagi, sehingga ketika mereka mengajak mentraktir, atau memberikan slot menjadi pengawas, penulis bisa menjawab bahwa penulis tidak perlu, tidak lapar, dan tidak bisa diganggu.
Sedangkan untuk mahasiswa-mahasiswa yang seenaknya sendiri di atas, akan penulis catat, tandai dan kerjai setidaknya di sisi database ketika kepengurusan magang, PKL dan tugas akhir, seperti bagaimana mereka tidak menghargai penulis sebagai pengawas.
Khusus bagi mereka adalah "Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah".
Jadi, penulis memang sudah bosan menjadi orang 'baik', untuk orang yang tidak 'menghargai' penulis.
Dan saya harap, tulisan ini dibaca oleh orang-orang yang penulis maksud di atas.
Salam balas dendam.
Komentar
Posting Komentar