Anak Usia Sekolah Hendaknya tidak hanya Bermain Game Online
Dalam bulan tulisan ini ditulis, penulis terganggu dengan kegaduhan anak-anak muda yang bermain game online di dekat rumah mertua penulis.
Pasalnya, mereka masih anak usia sekolah menengah.
Pandemi Corona yang semakin diperpanjang, membuat mereka tidak masuk sekolah, yang tidak lain akibat dari pendidikan yang dilakukan secara online.
Mirisnya, mereka tidak menyibukkan diri dengan belajar, melainkan bermain game online, dan hal itu mereka lakukan mulai sekitar jam 10 malam, sampai subuh.
Penulis tidak habis pikir, bagaimana mereka menanam bom waktu, yang bisa menghancurkan masa depan mereka sendiri suatu hari kelak.
Pekerjaan macam apa yang mereka inginkan?
Apakah sekolah sampai SMA/STM, tongkrongan motor sport gede, lulus, berijazah, rambut disemir, lalu mereka dapat menaklukkan dunia?
Apakah mereka tidak tahu kalau kerasnya dunia justru berawal ketika mereka bekerja dan lepas dari orang tua?
Dan apakah mereka akan menjadi sampah, benalu atau panutan masyarakat?
Sungguh penulis tidak tahu, dan sangat kasihan kepada mereka.
Penulis juga suka game, tetapi di jaman penulis dulu masih dalam bentuk game PC.
Penulis teringat, bedanya ketika bermain game, penulis lama-lama justru semakin tertarik dengan bagaimana cara membuat gamenya.
Dan inilah salah satu penyebab penulis suka pemrograman.
Dulu, hampir tiap malam, penulis begadang hanya untuk belajar pemrograman.
Berbasis Web, Pascal, C, C++, Java, Javascript, Python dan lain sebagainya.
Hasilnya sekarang penulis memiliki halaman Android Developer sendiri yang terdiri dari 74 aplikasi dan game edukasi, serta telah menghasilkan income tiap bulan.
Bukanlah waktu yang sebentar untuk mengasah ketrampilan sampai dapat membuat aplikasi yang bebas hak cipta, sesuai kebijakan Play Store, kebijakan Adsense, dan yang terpenting memang ditujukan untuk pendidikan.
Semua itu tidak didapat dengan hanya gaduh bermain game online tiap malam.
Lebih tepatnya, harusnya diusia mereka yang masih muda, mereka berani mengorbankan kesenangan masa muda mereka, tidak lain agar masa tuanya tidak perlu bekerja keras, atau mencari harta dengan cara terhina.
Apalagi dengan kebebasan belajar dirumah seperti sekarang ini, hendaknya anak usia sekolah memiliki kebebasan belajar yang lebih leluasa diluar bangku sekolahnya.
Pekerjaan macam apa yang mereka inginkan?
Apakah sekolah sampai SMA/STM, tongkrongan motor sport gede, lulus, berijazah, rambut disemir, lalu mereka dapat menaklukkan dunia?
Apakah mereka tidak tahu kalau kerasnya dunia justru berawal ketika mereka bekerja dan lepas dari orang tua?
Dan apakah mereka akan menjadi sampah, benalu atau panutan masyarakat?
Sungguh penulis tidak tahu, dan sangat kasihan kepada mereka.
Penulis juga suka game, tetapi di jaman penulis dulu masih dalam bentuk game PC.
Penulis teringat, bedanya ketika bermain game, penulis lama-lama justru semakin tertarik dengan bagaimana cara membuat gamenya.
Dan inilah salah satu penyebab penulis suka pemrograman.
Dulu, hampir tiap malam, penulis begadang hanya untuk belajar pemrograman.
Berbasis Web, Pascal, C, C++, Java, Javascript, Python dan lain sebagainya.
Hasilnya sekarang penulis memiliki halaman Android Developer sendiri yang terdiri dari 74 aplikasi dan game edukasi, serta telah menghasilkan income tiap bulan.
Bukanlah waktu yang sebentar untuk mengasah ketrampilan sampai dapat membuat aplikasi yang bebas hak cipta, sesuai kebijakan Play Store, kebijakan Adsense, dan yang terpenting memang ditujukan untuk pendidikan.
Semua itu tidak didapat dengan hanya gaduh bermain game online tiap malam.
Lebih tepatnya, harusnya diusia mereka yang masih muda, mereka berani mengorbankan kesenangan masa muda mereka, tidak lain agar masa tuanya tidak perlu bekerja keras, atau mencari harta dengan cara terhina.
Apalagi dengan kebebasan belajar dirumah seperti sekarang ini, hendaknya anak usia sekolah memiliki kebebasan belajar yang lebih leluasa diluar bangku sekolahnya.
Komentar
Posting Komentar