Ketika Pengelola Basis Data Terabaikan
Dalam dunia administrasi, terdapat lapisan yang sering kali tidak terlihat, yaitu pengelolaan basis data.
Penulis, sebagai pengelola basis data tempat dimana penulis bekerja sebagai outsourcing, adalah salah satu dari yang tidak terlihat tersebut.
Pekerjaan penulis mungkin tidak se-glamor pekerjaan administrasi yang berhadapan langsung dengan mahasiswa, tetapi penulis yakin peran penulis sangat krusial dalam memastikan kelancaran operasional institusi.
Di usia yang telah matang, dan mulai membusuk, penulis hanya menginginkan lingkungan kerja yang kondusif, di mana kontribusi penulis dihargai.
Namun, kenyataannya, penulis merasa bahwa upaya penulis dalam membangun dan memelihara sistem basis data yang efisien, yang meringankan beban administrasi rekan kerja dan mempermudah mahasiswa, justru malah mendapatkan apresiasi yang tidak layak.
Acara-acara kebersamaan, seperti makan-makan yang seharusnya menjadi momen untuk mempererat hubungan antar rekan kerja, justru menjadi ajang pengucilan penulis.
Penulis selalu saja dilupakan. Kalau pun mendapat jatah makanan, penulis yakin itu adalah sisa.
Apalagi salah seorang rekan kerja yang penulis benci akan kemunafikannya, sebut saja R, dia sangat menonjol. Dia pandai mencari muka di hadapan atasan dan selalu mendapatkan pujia beban kerjanya tinggi, bahkan seolah-olah mengalahkan beban kerja penulis.
Terlebih, R juga memiliki kebiasaan menampilkan visual yang kurang pantas untuk institusi pendidikan tempat di mana kami bekerja. Kecenderungannya menampilkan figur cewek cantik disetiap desain karyanya tidak hanya menciptakan suasana yang tidak nyaman, tetapi juga berdampak negatif pada integritas sistem informasi yang penulis kelola.
Hingga sebuah nasihat menghilang ditelinga penulis, "Penggawean ku sepele, tapi ndek disepelek no aku yo emoh!" adalah puncak kekecewaan penulis terjadi.
Penulis pun mencoba menyampaikan keberatan dan mengajukan permohonan untuk dipindah atau mengakhiri hubungan kerja dengan institusi.
Namun karena pekerjaan penulis belum selesai, penulis harus menyelesaikan pekerjaan penulis dengan menambah satu tahun perpanjangan kontrak lagi.
Dan sayangnya, muncul persepsi-persepsi negatif, yang membuat penulis justru disalahkan oleh atasan-atasan lain.
Penulis dianggap tidak kooperatif, tidak loyal, tidak bertanggung jawab, dan tidak tahu berterima kasih.
Padahal, yang penulis inginkan hanyalah pengakuan atas peran vital penulis dalam memastikan kelancaran administrasi institusi.
Dan kepindahan penulis, sebenarnya juga itikad baik agar inisial R lebih leluasa dan berkuasa. Serta agar ketika rekan-rekan kerja lain bersenang-senang, tidak perlu mengingat-ingat penulis, dan penulis tidak sakit hati jika ditinggal.
Mereka (para atasan) tidak tahu rasanya bagaimana sabar selama tiga tahun disepelekan. Mereka juga mungkin tidak tahu bagaimana susahnya membuat sistem yang konon saat ini bisa di selesaikan oleh AI.
Bahkan pelaku utama yang sampai membuat penulis sakit hati merasa disepelekan, adalah rekan kerja yang penulis anggap tuakan. Yang menjadi tempat mengadu jika terdapat masalah pada diri penulis.
Yaitu orang yang mengeluarkan kata-kata mutiara di atas.
Padahal, penulis tidak pernah mempermasalahkan beban pekerjaan dan gaji yang penulis terima. Justru sang inisial R itulah yang sebenarnya tidak terima.
Sehingga, penulis memutuskan untuk segera menyelesaikan hutang pekerjaan penulis. Mungkin hanya butuh waktu dalam dua atau tiga bulan saja untuk menyempurnakannya. Lalu penulis sesegera mungkin meninggalkan lingkungan kerja yang kolot.
Komentar
Posting Komentar