Penelitian yang hanya untuk Formalitas


Membaca artikel yang ditulis oleh Else (2019), yang mengingatkan masih diperlukannya review yang lebih ketat terhadap hasil penelitian institusi pendidikan, sebelum di publish secara umum, memunculkan keprihatinan penulis terhadap penelitian yang dilakukan peneliti di Indonesia.

Else (2019) mencontohkan dalam artikel tersebut, Yoshihiro Sato selama 1996 sampai 2013, peneliti tulang (bidang kesehatan) dari Jepang, telah melakukan plagiasi, pemalsuan data dan author palsu dalam paper-papernya.

Sebagaimana diberitakan oleh Kupferschmidt (2018), hal ini terbukti dari 21 dari 33 percobaan klinik Sato dinyatakan tidak valid, dan dia juga terbukti melakukan perjanjian saling penyebutan nama dalam paper, sebagai author atau co-author dengan peneliti lain yang pernah bekerjasama dengannya, baik sepengetahuan kedua belah pihak ataupun tidak.

Perlu diketahui, dengan banyak publikasi, seorang peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan biaya riset (research grant) dari investor. Contohnya research grant yang disediakan Bank Indonesia untuk tahun 2019 di ITS, mencapai Rp 500.000.000,- (itslppm, 2019).

Apalagi jika paper semakin banyak di referensi oleh peneliti lain, maka penelitianya akan semakin bernilai dimata investor, dan dapat dengan mudah mendapatkan research grant, meskipun dengan nominal yang tinggi.

Penulis adalah seorang tenaga freelance, dan seringkali ikut serta dalam penelitian-penelitian yang diselenggarakan oleh dosen-dosen penulis, sejak penulis berada dibangku kuliah.

Penulis tidak menuduh semua dosen atau peneliti di Indonesia melakukan kecurangan sebagaimana yang dilakukan Sato. Namun pernah penulis temui sendiri, seorang oknum dosen yang mempublikasikan sebuah paper berkelas "internasional", mempublikasikan dengan cara yang salah. Yaitu dengan memasang screenshot software yang masih dalam tahap dikembangkan, tanpa menyebutkan nama peneliti asli sebagai co-authornya.

Selain itu, adapula peneliti yang dari oknum mahasiswa, yang ikut event conference tingkat "internasional" tersebut, niat mereka hanya untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar S2 atau S3-nya.

Kemudian ada juga dosen yang bekerja sama dengan lembaga penelitian dari luar negeri, dan beliau sampai memberikan beasiswa pada mahasiswa S2 ikut dalam penelitiannya.

Sepengetahuan penulis, memang seperti itu seharusnya, tetapi jika penelitiannya hanya asal-asalan dan terjadi dalam kurun waktu satu periode kerjasama saja, maka dapat menimbulkan kecurigaan bahwa pihak yang bekerjasama bisa saja dikecewakan, atau penelitian mereka hanya sebatas "formalitas".

Hal inilah yang memunculkan keprihatinan penulis di atas.

Kecurangan yang dilakukan Sato, tidak hanya berakibat seluruh gelarnya dicopot. Tetapi menimbulkan kecurigaan sampai kepada investigasi terhadap kredibilitas peneliti lain, rumah sakit, universitas dan pihak terkait lain yang pernah bekerja sama dengan Sato.

Oleh karena itu, menurut penulis, perlu dibuatnya majalah sains seperti sciencemag.org yang memberitakan, mengulas dan menginvestigasi hasil penelitian-penelitian di Indonesia.

Sehingga masyarakat secara umum akan dapat mengetahui perkembangan penelitian apa saja yang ada di Indonesia, dan sekaligus ikut mengawasi penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Apakah niat mereka untuk benar-benar meneliti, atau bukan hanya untuk memenuhi poin terkait karir mereka saja.

Reference

Komentar



Postingan populer dari blog ini

Apps Script untuk Cetak Sertifikat

Kebodohan Karyawan Menyalahkan Sistem

Kode Apps Script MailApp untuk Form Mengirimkan Email

Checking Data yang Belum Dimasukkan dalam Daftar Menggunakan Query Google Sheet

Generate Karakter Acak dan Menempatkannya di Sel Google Sheets dengan Apps Script

Menyembunyikan Failed Load Images di Blogger

Apps Script untuk Mengirimkan Notifikasi Approval

Algorithma Bilangan Prima dengan Javascript

Mencoba Submit Theme di Wordpress.org

Menghapus Baris di Google Sheets yang Memiliki Sel Kosong dengan Apps Script