Balapan Santai Kediri-Malang tiap Hari Senin Pagi


Penulis adalah motorbiker, meskipun motor penulis hanya Verza 150, namun antusias penulis terhadap motor gede bergenre sport tetap berkobar dengan semangat 86.

Namun tetap sebatas kemampuan penulis saja.

Karena domisili penulis adalah di Kediri, dan sedangkan domisili pekerjaan berada di Malang. Maka hampir tiap minggu penulis pulang pergi Kediri-Malang, dengan biasanya berangkat ke Malang, selepas subuh Senin pagi.

Nah disinilah letak keseruannya.

Senin pagi, banyak juga para pengendara motor yang juga berasal dari Kediri, yang berangkat ke Malang. 

Penulis biasanya berlomba dengan mereka dengan orientasi siapa yang bisa sampai duluan di Malang.

Umumnya mereka adalah mahasiswa yang kuliah di Malang, entah itu di UM, UB, UMM, UNISMA, dan lain sebagainya.

Kami berlomba tidak perlu saling tahu, dan tidak perlu mengenal. Yang penting balapan. Tanpa titik start, dan dengan titik finish masing-masing.

Mungkin karena darah muda, kecepatan mereka rata-rata di atas 60 km/jam, baik itu pengendara cowok atau cewek, memakai kendaraan matic, motor bebek, motor laki, GL-Max, sesama Verza dan sebagainya.

Padahal jalan yang dilalui, seperti jalan raya Pujon dan Ngantang, kondisinya berbelok-belok, dan kadang disertai turunan dan tanjakan.

Terlebih jika ada kendaraan besar seperti truk atau bus, ditambah hujan, akan sangat berbahaya, terutama bagi para pengendara sepeda motor yang sedang berlomba di rute tersebut.

Namun dalam perlombaan ini, karena penulis pernah jatuh di salah satu belokan Ngantang. Sampai membuat kaca lampu depan motor penulis pecah. Penulis lebih memilih untuk berlomba secara "nyantai".

Nyantai yang dimaksud disini tidak sembarang nyantai.

Mungkin karena masih terbawa ketrampilan waktu sering ngebut dulu, kecepatan nyantai berkendara penulis masih bisa dikatakan ngebut.

Sehingga meskipun tidak menjadi nomer satu, setidaknya dalam perlombaan setiap senin pagi itu, penulis tidak menjadi juara terakhir.

Pernah suatu waktu, terdapat 7 bus pariwisata, arah ke Kediri. Karena mungkin penulis telah hafal kondisi jalan, termasuk letak lobang-lobang di tengah jalan, hanya dengan kecepatan rata-rata 45 km/jam saja, satu persatu penulis dapat berhasil mendahului ke-7 bus tersebut, sebelum masuk wilayah Kandangan, dibanding pengendara motor lain. Sehingga sebab bus itu pula, penulis dengan mudah menjadi pembalap nomer satu hanya karena banyak halangan bus.

Meskipun demikian, bagaimanapun juga, penulis sadar sombong itu tidak baik dan orientasi berkendara penulis tidak untuk keselamatan diri pribadi penulis saja, tetapi juga mengusahakan keselamatan bagi pengendara lain, yaitu dengan selalu melihat spion dan menjaga kesehatan kendaraan dengan service.

Penulis sangat tidak menyukai, pengendara motor lain yang tidak memperhatikan pengendara lain dibelakangnya, apalagi yang spionnya malah dilipat. Sungguh aneh.

Atau pengendara yang dengan suara knalpot berisik, tapi dengan kecepatan atau kemampuan menyalip yang biasa-biasa saja.

Menurut penulis, knalpot berisik yang tidak diimbangi kecepatan berkendara yang sesuai, menunjukkan pengendara tersebut tidak sopan, kurang menghargai dan dapat membahayakan pengendara lain.

Dalam benak penulis, pasti pengendara yang berada depan si knalpot berisik tersebut, bingung, "Kok ada suara motor ngebut, tapi tidak menyalip-nyalip ya!" pikir mereka dan padahal sudah berusaha minggir.

Penulis berpikir, kalau pengendaranya seusia penulis, akan menganggap kebisingan dan lambatnya pengendara tidak sopan tersebut menjadi hal biasa dan dapat ditolerir, karena sebenarnya mereka pamer.

Tetapi bagaimana jika pengendara didepannya tersebut adalah bapak-bapak yang mudah kaget dan sedang berboncengan. Bisa-bisa si bapak bersama penumpang yang diboncengnya, kecelakaan meski tidak disenggol sama sekali oleh si pembuat bising. Hanya karena berusaha minggir, gugup, dan bingung oleh kebisingan knalpot yang tidak menyalip-nyalip tersebut.

Oleh karena itu, kadang, karena ingin memberikan sedikit edukasi, seringkali penulis juga iseng, mencoba mengejek pengendara yang berknalpot berisik di atas, dengan seolah-olah membayanginya.

Caranya adalah penulis seolah-olah berlagak ingin menyalip, tapi sebenarnya tidak ingin menyalip sama sekali. 

Tujuannya supaya dia gugup, tidak nyaman dan menambah kecepatannya.

Penulis yakin, ketika dia dapat menyalip-nyalip tersebut, pengendara berisik itu akan merasa menjadi nomer satu karena kecepatannya. 

Padahal kenyataannya, pengendara lain minggir karena mendengar bising suara knalpotnya.

Sehingga dengan jalan membayanginya, sudah pasti, adrenalinnya yang tadi berkata dia adalah nomer satu, mau tidak mau dan otomatis memerintah tangannya untuk menarik gas agar berkecepatan lebih cepat, dan tidak mau menjadi nomor dua.

Dengan begitu, menurut penulis, dia tidak akan terlalu membahayakan pengendara lain lagi.

Karena kecepatannya, telah sesuai dan pantas dengan suara bising knalpotnya.

Hal lucunya adalah, jika dia memang ahli menyalip. Ketika dibayangi, maka sudah pasti dia akan segera tancap gas, dan jauh mendahului penulis. Dan itu wajar.

Tetapi sebaliknya, jika ketrampilan menyalipnya biasa-biasa saja, dengan keterampilan penulis, tanpa disalip pun, otomatis penulis akan menyalip dengan sendirinya, tanpa disadari.

Dan ketika itu penulis akan sengaja memelankan diri agar disalip. Dan ketika dia berhasil menyalip penulis sekali lagi, maka selanjutnya sudah pasti secara otomatis dia akan tersalip lagi, dengan sendirinya dan begitu seterusnya sampai dia menyerah tidak berani menyalip lagi, atau kami telah sampai di Malang.

Dan itulah yang kadang membuat penulis tertawa-tawa sendiri lucu selama diperjalanan.

Apakah penulis tidak bising dengan suara knalpot ketika mengerjai itu?

Tentu saja, namun telinga penulis biasanya telah disumpal headset dan telah sedang mendengarkan lagu-lagu kesukaan penulis sendiri. Sehingga bising knalpot tidak menjadi masalah.

Intinya, dari keseluruhan pengalaman berkendara penulis, berikut ini adalah kesalahan-kesalahan pengendara sepeda motor, yang dapat membahayakan diri sendiri dan terutama pengendara lain:
  • Tidak menggunakan spion sebagaimana mestinya
  • Knalpot berisik, tetapi kecepatan dibawah atau sama dengan 20 km/jam
  • Motor matic tetaplah matic, jangan ngebut jika pengen awet
  • Tidak bisa nyalip tetapi sok nyalip-nyalip
  • Jarang sevice
Kesimpulannya, keterampilan berkendara sebenarnya ditentukan oleh banyaknya jam terbang, terutama keterampilan menyalip kendaraan lain.

Dan ngebut itu tidak perlu dipelajari, kalau berkendara dan nenyalip sudah terampil, ngebut akan bisa dengan sendirinya dan bisa nyantai, tapi tetap ngebut.

Komentar



Postingan populer dari blog ini

Apps Script untuk Cetak Sertifikat

Kebodohan Karyawan Menyalahkan Sistem

Kode Apps Script MailApp untuk Form Mengirimkan Email

Checking Data yang Belum Dimasukkan dalam Daftar Menggunakan Query Google Sheet

Generate Karakter Acak dan Menempatkannya di Sel Google Sheets dengan Apps Script

Menyembunyikan Failed Load Images di Blogger

Algorithma Bilangan Prima dengan Javascript

Apps Script untuk Mengirimkan Notifikasi Approval

Mencoba Submit Theme di Wordpress.org

Menghapus Baris di Google Sheets yang Memiliki Sel Kosong dengan Apps Script