Memilih Pekerjaan Freelance
Penulis memiliki keponakan yang baru wisuda tahun 2019 ini.
Dan sampai tulisan ini ditulis, dia telah mencoba melamar diberbagai lowongan pekerjaan.
Secara fisik, dia sebenarnya cantik dan tingkat kemampuannya cocok jika menjadi sekretaris.
Ditambah dia lulusan IT.
Tetapi penulis heran, mengapa dia belum menemukan pekerjaan yang pas sesuai yang diinginkannya.
Sepertinya, sudah enam bulan lebih keponakan penulis 'menganggur'.
Namun, dari curhatan ke istri penulis, penyebab utamanya adalah karena orang tuanya tidak ingin anaknya bekerja jauh-jauh, dan setidaknya bisa pulang setiap hari.
Berkelana
Melihat hal ini, ternyata itulah pentingnya hijrah (berkelana).
Hijrah yang dimaksud penulis disini adalah mencoba untuk berdomisili ke tempat yang baru.
Tentu akan hal yang sangat mudah jika dilakukan oleh kaum laki-laki.
Contohnya penulis sendiri, dengan kuliah di Malang, setidaknya telah mengubah pola pikir penulis dan sampai menemukan apa itu pekerjaan freelance.
Penulis memang tergolong orang penakut, tetapi lambat laun setelah lama jauh dari keluarga dan hidup dilingkungan atau dikampung orang lain, penulis menjadi mengerti cara berkomunikasi dan bersosialisasi.
Kemampuan itu otomatis dan terbentuk dengan sendirinya.
Sayangnya keponakan penulis perempuan, dan belum pernah sama sekali semenjak kecil jauh dari rumah.
Orang Tua
Untuk pekerjaan yang umum telah diketahui orang, akan sangat mudah menjelaskan kepada orang tua.
Pekerjaan seperti guru, lurah, sekretaris desa, dokter, bidan, polisi, petani dan pekerjaan umum lainnya, dengan sedikit kata, orang akan langsung mengerti.
Nyatanya, saat tulisan ini ditulis, banyak pekerjaan baru yang muncul, yang para orang tua belum tentu mengetahui atau mendengarnya sekalipun.
Apalagi jika orang tua tersebut adalah calon mertua, akan menjadi horor jika tidak pandai-pandai dalam menjelaskan, dan dengan bukti income yang jelas.
Tetapi perlu diperhatikan, nama pekerjaan ini bukan hanya namanya saja yang baru, yang sok berbahasa inggris, seperti marketing yang ternyata pekerjaannya hanya sales keliling.
Pekerjaan yang penulis maksud, seperti programmer, Android Developer, Blogger, Youtuber, Selebgram, dan lain sebagainya.
Macam-macam pekerjaan itu, hanya orang sejaman yang tahu dan mengerti, terutama tingkat atau potensi penghasilannya.
Freelance
Sebagian besar orang tua pasti menginginkan, anaknya untuk mendapat pekerjaan yang enak, tidak harus berpanas-panasan, dan berada di kantor.
Dan umumnya, pekerjaan yang diperlukan datang ke kantor, mengharuskan memakai ‘seragam’.
Saat tulisan ini ditulis, telah banyak dikenal macam pekerjaan freelance, yaitu pekerjaan yang tidak mengharuskan pekerja berada dikantor, dan dapat dikerjakan dari rumah.
Contohnya saja jualan online.
Dengan berjualan online, penjual hanya tinggal membuka toko online, memosting product, menerima pesanan, packing kiriman dan menerima pembayaran.
Bahkan tidak perlu membuka toko fisik.
Contoh lainnya sebagaimana pekerjaan penulis, hampir sepuluh tahun penulis memilih untuk bekerja sebagai freelancer, sebagai Android Developer dengan nama Computational Lab di Play Store.
Dengan pekerjaan seperti ini, penulis dapat mengerjakan dirumah, bahkan sesuai kebutuhan penulis.
Artinya, penghasilan bergantung kepada kreativitas dan kerja keras penulis sendiri.
Jika penulis malas, maka hasil yang didapat bisa jadi kurang.
Tetapi sebaliknya, jika penulis rajin dan bekerja keras, hasilnya bisa jadi cukup, bahkan lebih.
Penghasilan
Kondisi penghasilan yang tidak pasti, ditakutkan oleh pekerja freelance itu sendiri, orang tua dan terutama mertua.
Takut anaknya hidup dengan penghasilan yang paspampres (‘pas-pasan' dan 'ngepres’).
Sehingga pilihan untuk menjadi freelance, belum tentu orang akan bernyali dan lebih memilih menjadi karyawan.
Namun dari semua itu, penulis menjadi lebih menghargai apa yang disebut skill (ketrampilan).
Dengan skill, penulis dapat membuat produk. Dan produk tersebut adalah barang dagangan yang dapat digunakan sebagai ukuran tingkat masyarakat menilai dan menghargai kemampuan kita.
Sebab saat sekarang ini, penulis temukan orang yang berijazah S1, dia hanya berkemampuan SMA. Sebaliknya, ada yang cuma berijazah SMA, tetapi berkampuan melebihi S2.
Sehingga jika cita-cita penulis menjadi bos nantinya dapat tercapai, penulis tentu akan lebih memilih menggaji karyawan berdasarkan produk yang dia hasilkan, dibanding berdasarkan ijazahnya.
Dan hal ini menurut penulis lebih adil, sehingga sang pemegang gelar S1 akan lebih berusaha menunjukkan sesuai gelar ijazah yang disandangkan.
Tentu akan malu jika S1 digaji sama dengan SMA.
"Kecuali kalau dia memang tidak tahu malu".
Bersih
Dengan memilih menjadi freelance, potensi penghasilan akan jauh lebih bersih dan terkontrol.
Artinya, freelancer akan dapat tahu degan pasti dari mana sumber rejekinya.
Halal atau haram.
Dan juga efek berkelanjutan dari kebijakan atau pekerjaan yang diambilnya sendiri.
Berbeda dengan karyawan, dia akan lebih menilai dari kesesuaian pekerjaan yang dilakukannya dengan SOP.
Jika dia telah merasa pekerjaannya telah sepadan dengan gaji yang dia terima, maka dia akan langsung pukul rata, bahwa pekerjaannya itu halal, dan akan membuat perusahaan baik-baik saja.
Bayangkan jika karyawan merasa telah bekerja sebaik mungkin, tetapi perusahaan malah bangkrut dan dia dipecat, apakah dia tidak merasa terdzolimi.
Dengan menjadi freelance, maka akan tumbuh kesadaran diri dari setiap langkah strategi bisnis yang diambil.
Terutama tentang bagaimana keabsahan penghasilan yang diterimanya.
Dan hal ini, menurut penulis lebih baik dibanding menjadi karyawan, yang hanya tahu menerima gaji tetap tiap bulannya.
Aset
Membangun atau memiliki aset, adalah hal yang sangat diperlukan bagi seorang freelance.
Aset yang dimaksud disini sebenarnya adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai sumber atau mesin uang.
Seperti halnya petani, yang memiliki aset berupa sawah.
Tidak dipungkiri, petani juga termasuk freelance.
Dengan bercocok tanam, petani akan bisa mendapatkan penghasilan dari sawahnya.
Sedangkan contoh aset yang penulis miliki, selain aplikasi dan game Computational Lab, adalah Uboiz Blog ini.
Sebagaimana sawah, dengan bertanam, menumbuhkan dan membagi pengalaman dalam bentuk tulisan, penulis bisa mendapatkan income dengan memasang iklan, meskipun sedikit.
Modal
Perlu diperhatikan, pekerjaan apapun pasti butuh modal.
Modal dapat berupa uang, barang atau ketrampilan.
Bagi yang punya modal besar, dalam bentuk uang atau barang, tentu akan dapat menjalankan pekerjaan freelancenya dengan mudah.
Tetapi jika tidak punya, seperti penulis misalnya, diperlukan waktu untuk membangun produk atau aset dengan ketrampilan.
Sama halnya ketika penulis membangun Computational Lab dulu. Awalnya penulis bekerja di laboratorium, dan merupakan saat-saat awal produksi aplikasi dan game Computational Lab.
Dengan bekerjasama dengan dosen-dosen jurusan, sedikit demi sedikit, dana penelitian dan pengabdian, penulis gunakan membangun library Greenfoot untuk Android, yang menjadi cikal bakal kebanyakan aplikasi dan game Computational Lab.
Artinya, bagaimanapun juga, setiap pekerjaan membutuhkan modal, termasuk freelance.
Dan saran penulis kepada yang ingin freelance, namun tidak punya modal, alangkah baiknya menjadi karyawan dahulu, dan penghasilan dari bekerja, disisihkan untuk membangun bisnis freelancernya.
Penutup
Tentunya masih banyak alasan dan contoh pekerjaan freelance yang lain, yang penulis tidak sebutkan dalam tulisan ini.
Teman penulis ada yang freelance jualan logo, icon, gambar karakter game, dan lain sebagainya.
Tetapi sebelum memutuskan untuk menjadi freelance, hendaknya harus diperhitungkan dulu masak-masak, kemampuan diri secara finansial dan juga secara skill.
Jangan sampai, melompat untuk menyeberangi sungai yang deras, tanpa tali atau batu loncatan yang kuat.
Penulis tidak menyerankan pembaca untuk menjadi freelance sepenuhnya, tetapi jika pembaca merasa mampu, "Kenapa tidak?"
Dan semoga, tulisan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan penulis pribadi secara khususnya.
Komentar
Posting Komentar