Tip Memilih Notaris
Tidak disangka penulis, saat tulisan ini ditulis, ternyata menjadi notaris PPAT (Petugas Pembuat Akta Tanah) merupakan pekerjaan yang rentan dengan penipuan.
Berikut ini adalah tip, untuk menghindari penipuan yang mungkin dilakukan oleh oknum notaris baik sengaja maupun tidak sengaja.
Tidak sengaja yang dimaksudkan di sini adalah oleh tingkat keilmuan atau pengalamannya.
Adakalanya karena masih muda, si notaris belum tahu kebutuhan biaya yang tidak terduga, yang muncul ditengah-tengah pengurusan akte tanah.
Atau karena sudah terlalu pengalaman, si notaris terlanjur mematok harga semurah mungkin, yang nyatanya dia tidak tahu ternyata ada langkah dan biaya tambahan yang harus dilewati untuk meminimalisir penipuan oleh pihak negara.
Contoh kasusnya, penulis pernah meminta tolong untuk balik nama sertifikat tanah yang pemilik aslinya sudah meninggal.
Dari hasil diskusi, sesuai pengalaman, si notaris memperkirakan hanya akan habis cuma sampai 3.5 juta saja.
Tetapi ternyata, terdapat langkah yang harus melalui pengadilan yang semula si notaris tahu bahwa lewat surat pengantar dari desa dan kecamatan saja sudah cukup.
Kebutuhan ke pengadilan adalah penetapan perwalian anak-anak pemilik sertifikat, yang seharusnya itu dilakukan oleh pihak keluarga sendiri sebelum menjual ke keluarga penulis.
Singkatnya, begitu ayahnya meninggal, anak-anaknya seharusnya mengurus balik nama sertifikat ke ahli waris. Kemudian baru dapat menjualnya.
Dengan kasus seperti itu, untuk mengetahui notaris yang tepat, kita harus bertanya tidak hanya satu notaris saja, tetapi perlu bertanya ke beberapa notaris dan tentukan mana yang paling logis, legal dan murah.
Murah yang dimaksudkan disini bukan sekedar murah, melainkan usahakan notaris tidak menutup-nutupi biaya yang tidak terduga.
Notaris mungkin tidak ingin kehilangan customer, sehingga dia memilih untuk merahasiakan sebagian dana yang mungkin muncul, dan yang mungkin tidak.
Penulis sendiri lebih senang untuk memaksa notaris untuk memberi harga paling mahal, karena dengan begitu, penulis dapat menyesuaikan dengan kekuatan budget kantong penulis, kita dapat memutuskan untuk lanjut atau tidaknya pengurusan sertifikat.
Sebab, jika nanti terlanjur masuk pemberkasan, adanya biaya lain-lain yang muncul, dapat menyebabkan emosi, dan hal itu hanya berarti membuang biaya yang sudah masuk dan percuma.
Jika perlu, berilah tiap notaris biaya konsultasi, meskipun sebenarnya penulis pun berharap mereka tidak menariknya.
Kemudian cara yang paling mudah adalah dengan menanyakan biaya pengecekan sertifikat.
Untuk memastikan biaya pengecekan yang sebenarnya, kita perlu tanya dulu ke BPN (Badan Pertanahan Nasional), di mana saat tulisan ini ditulis, biaya pengecekan sertifikat di BPN adalah 50 ribu.
Sehingga dengan menanyakan biaya pengecekan sertifikat ke notaris, kita akan tahu notaris sedang berusaha menipu kita atau tidak.
Terakhir, penampilan.
Penulis pernah menemui notaris dengan karyawan dengan jilbab lebar.
Ada juga notaris dengan rambut dikuncir panjang seuntai, seperti anak-anak nakal pada umumnya.
Penampilan-penampilan yang seperti itu, justru membuat penulis ragu.
Penulis lebih suka notaris yang berpenampilan biasa, dan tidak dibuat-buat.
Bagi penulis, jika penampilannya saja menipu, bagaimana dengan kerjanya?
Oleh sebab itu, diharapkan selalu berhati-hati dalam memilih notaris. Penulis sendiri tidak bisa menjamin 100% jika penulis menemukan terbaik dari yang notaris terbaik yang penulis seleksi.
Semua tergantung pada masing-masing pemohon.
Semakin jeli pemohon, maka oknum notaris akan semakin sulit menipu kita.
Komentar
Posting Komentar